Jumat, 29 November 2019

BAGAIMANA CARANYA MENJADI SEORANG INTERPRETER YANG BAIK

sudah berapa tahun blog ini tidak dijamah, sampai-sampai blog ini banyak lumut, sawang laba-laba, kelelawar dan kawan-kawannya, huehhehehhe...
kebetulan hari ini ada waktu sedikit untuk melemaskan jari-jari,sekaligus ingin berbagi dengan teman-teman yang ingin mempelajari dunia penerjemahan.

sebelum kita masuk ke dalam penjelasan utama, kita harus pahami dulu di dalam dunia penerjemahan itu ada istilah :
1) TRANSLATOR
2) INTERPRETER

seperti yang tertulis diatas, jika kita terjemahkan ke dalam pemahaman bahasa Indonesia,
TRANSLATOR ini diartikan sebagai orang yang menerjemahkan dokumen &
INTERPRETER ini diartikan sebagai orang yang menerjemahkan lisan.

kali ini saya ingin fokus membahas,
"BAGAIMANA CARANYA MENJADI SEORANG INTERPRETER YANG BAIK"

dari judulnya memang multitafsir, hal baik menurut saya bisa saja dipandang kurang baik menurut anda,jadi yang saya tuliskan kali ini adalah kategori baik berdasarkan kebiasaan & pengalaman hidup saya yang bekerja sehari-hari sebagai seorang interpreter.

Menurut saya, untuk menjadi seorang interpreter yang baik, minimal memiliki :

1) PEMAHAMAN KOSAKATA YANG CUKUP
Dalam konteks penerjemahan lisan seperti di dalam meeting, seorang interpter tidak memiliki waktu untuk membuka kamus jika tidak mengetahui kosakata tertentu yang tidak dipahami, oleh karena itu setiap orang yang mengambil pilihan menjadi seorang interpreter diharapkan menambahkan bank kosakata secara konsisten.

2) MEMAHAMI KONTEKS PEMBICARAAN
Jika kita semua belajar tentang dunia kejepangan, terutama terkait tata bahasa dan kosakatanya maka kemungkinan besar kita akan mengetahui ada beberapa hal yang relatif cukup banyak kata-kata yang mengandung ambiguitas. Contohnya "
a) ちょっと (chotto)
b) いい (ii) , dll
Ini seringkali membingungkan kita dalam penerjemahan saat berbicara dengan orang jepang.
oleh karena itu kita harus memahami konteks pembicaraan secara keseluruhan untuk memahami arah penyampaian maksud dari kata "chotto", "ii",dll tersebut.

3) MEMAHAMI POLA PIKIR SUMBER INFORMASI
Pada dasarnya jika kita sudah mengerti pola pikir dari si pembicara, maka ambiguitas yang berpotensi terjadi di no.2 bisa ditekan dan diminimalisir. Supaya kita sebagai seorang interpreter bisa memahami pola pikir orang tersebut harus memperbanyak frekuensi komunikasi, sehingga dengan komunikasi yang intens maka kita akan mendapatkan gambaran dari dasar pola pikirnya, arah pembicaraan, gaya bahasa,dll sebagai referensi kita untuk menyampaikan maksud dari pembicara tersebut.

4) MEMILIKI KEMAMPUAN CEPAT BERADAPTASI DENGAN LINGKUNGAN YANG BARU
Sebagai seorang interpreter, ada juga rekan-rekan yang bekerja sebagai freelance interpreter. hal ini menuntut kemampuan adaptasi yang cepat terkait penggunaan kosakata/istilah, gaya bahasa,dll karena kondisi yang memungkinkan kita menerjemahkan hal baru setiap waktu dan dalam bidang yang berbeda-beda.
contoh : saat menerjemahkan di perusahaan A yang bergerak di bidang otomotif, kosakatanya pasti akan berbeda dengan saat menerjemahkan di perusahaan B yang bergerak di bidang alat musik.

5) MENYAMPAIKAN MAKSUD SUMBER INFORMASI SESUAI NORMA & TATA KRAMA DI WILAYAH SETEMPAT
ada banyak polemik dan perdebatan dalam hal ini, 
ada yang berpendapat bahwa jika menjadi interpreter seperti robot, artinya apa yang disampaikan oleh sumber informasi itu disampaikan apa adanya saja tanpa filter, 
tetapi ada juga yang berpendapat bahwa penyampaian maksud harus disesuaikan dengan tata krama dan adab sopan santun di wilayah tersebut.

Jika saya selama ini memang tergantung kondisi, tetapi lebih cenderung menggunakan cara yang lebih halus dalam penyampaian maksud sumber informasi, sehingga komunikasi antara sumber informasi dan staff lokal tetap berjalan dengan lancar.

contoh :
SUMBER INFORMASI :頭を使ってください (atama wo tsukatte kudasai)
INTERPRETER              : TOLONG DIPIKIRKAN KEMBALI

bisa saja diterjemahkan apa adanya, seperti :
1) tolong pakai kepalamu atau jika sedikit lebih kasar
2) tolong pakai otakmu,
dan banyak cara penyampaian yang lainnya,

tetapi saya cenderung lebih nyaman untuk menerjemahkannya dengan cara yang lebih halus, sopan dan humanis dalam penyampaian maksud sumber informasi.
sehingga dari ungkapan yang dipakai tidak memancing salah paham, rasa emosional sesaat,dll.

6) BISA MENJAGA RAHASIA & SIKAP NETRAL 
terakhir dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap netralitas kita sebagai interpreter saat menerjemahkan maksud dari sumber informasi.
Bagaimanapun juga, tugas seorang interpreter adalah menyampaikan informasi dari seseorang yang memiliki maksud, tujuan tertentu dalam tindakannya, sehingga kerahasiaan sebuah informasi yang disampaikan serta sikap netral seorang interpreter akan diuji oleh waktu.

Rasa percaya dari sumber informasi kepada seorang interpreter akan terlihat dari kemampuannya untuk menjaga kerahasiaan informasi dan sikap netralnya selama bekerja dan semua ini akan terbangun seiring berjalannya waktu.


Ada banyak cara menjadi seorang interpreter yang baik, 
ini adalah cara yang bisa saya bagikan ke teman-teman dari pengalaman saya selama ini.
Jika ada teman-teman yang merasa punya cara lain yang selama ini bisa dibagikan, 
silahkan dibagikan disini..

mari kita berbagi ilmu dan pengalaman kepada sesama kita,
untuk kebaikan bersama..

SEMANGAAAAAAAAAATTTT ^^9


Back to top