Kamis, 14 Februari 2013

Tekanan dunia kerja

Hai friends,
hampir setahun sama sekali tidak ada aktifitas menulis disini.
sekarang setelah sekian lama,akhirnya aku sempatkan untuk menulis kembali & meneruskan perjalan blog ini agar bisa jadi penambah informasi untuk teman-teman semua.

Sekarang aku sudah kerja di tempat baru.
tepatnya di PT. Yamaha Musik Produk Indonesia di daerah bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
disini aku bekerja sebagai seorang interpreter.
interpreter berbeda dengan translater, tetapi memiliki makna kinerja yang sama yaitu penerjemah.
karena disini ada banyak orang Jepang yang bekerja jadi tugasku disini membantu orang Jepang - orang staff Indonesia untuk berkomunikasi.

Seperti yang aku bilang tadi interpreter tidak sama dengan translatter,
kalau translatter itu hanya men-"translate" menerjemahkan sesuai makna yang ada dari bahasa asal ke bahasa tujuan tetapi beda halnya dengan interpreter.
interpreter ini pada hakikatnya juga menyampaikan maksud dari bahasa asal ke bahasa tujuan tetapi bedanya dengan translatter adalah seorang interpreter harus menyesuaikan kondisi, situasi & makna penggunaan kata pada bahasa tujuan.

nah inilah kesulitanku  sekarang,
ketika orang Jepang mengatakan (contoh gampang) "kono yarikata mazui ne"
arti per kalimat
"kono" --> ini
"yarikata" --> cara
"mazui" --> tidak enak

nah disini permasalahannya,
kata "mazui" itu pada dasarnya ketika belajar bahasa jepang dasar,
selalu digunakan pada situasi & kondisi yang berhubungan dengan makanan karena "mazui" merupakan bentuk dari indera perasa.

mungkin ini contoh mudah,
sebenarnya masih ada banyak contoh lain yang masih ada.
Kesulitan lainnya adalah seorang penerjemah yang baik seharusnya menyampaikan maksud, isi dan perasaan dari si pembicara agar tersampaikan ke si pendengar.
Andaikan dalam kondisi orang jepang marah dengan membentak atau suara tinggi,
SEHARUSnya seorang penerjemah menyampaikan apa adanya dengan tidak mengurangi atau menambahi sedikitpun dari kata maupun gerak serta nada agar maksud dari si pembicara benar-benar tersampaikan.

Selain kesulitan dalam hal penerjemahan seperti yang aku jelaskan diatas tadi,
kesulitan lainnya adalah ketika kita tidak bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja terutama sesama orang indonesia yang bekerja sebagai staff di tempat kita berada.
seberapapun pintarnya kita tapi bila kita tidak bisa beradaptasi dengan baik,
semua ilmu pengetahuan yang kita pelajari tidak akan ada artinya hanya karena kita dianggap tidak bisa bekerja sama dengan baik.

Kadang juga orang staff indonesia karena "merasa" senior,
memiliki kebiasaan "menekan" mental setiap orang baru dengan (bahasa jawa) nggupuhi, orang baru ini menjadi bingung dengan intimdasi berupa gerakan, mimik wajah, gesture, kata-kata atau bahkan kadang ada yang langsung menyalahkan padahal yang disampaikan orang baru tidak sepenuhnya salah.

Yaaaaaaacchh, inilah susahnya jadi orang baru.
seperti pepatah waktu OSPEK,
dari nostalgia dulu kita bisa mengingat ada pemeo mengatakan,
"pasal 1 senior selalu benar, pasal 2 jika senior salah lihat pasal 1" =)
begitulah dunia kerja bagi fresh graduate - lulusan anak kuliahan.
ya memang tidak semua perusahaan seperti itu,
tetapi palilng tidak ini jadi satu masukan untuk kita.
karena dari pengalaman pribadiku,
teman satu tempat kerja saya sempat curhat dan mengatakan sangat tertekan dengan cara "pengenalan" anggota baru di tempat kerja sekarang.

Walaupun IP & IPK tinggi tetapi mental kita tidak kuat,
semua hanya dipandang sebelah mata oleh orang luar.
itulah kenapa antara perkuliahan dan kegiatan organisasi harus bisa selaras, seimbang & sejalan.
karena semua saling melengkapi,
yang perkuliahan melengkapi kita dengan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang kita pelajari,
yang kehidupan organisasi melengkapi kita dengan ilmu kehidupan, bagaimana kita berinteraksi dengan orang, bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan orang, bagaimana cara kita menyampaikan pendapat yang baik pada orang lain, bagaimana cara kita memilih kata-kata pada kondisi tertentu,dll.

Hal-hal seperti ini tidak mungkin bisa kita dapatkan 100% di dalam kelas perkuliahan,
kalaupun ada itu biasanya hanya sebatas teori dan kalaupun dilakukan pasti terbatas oleh jam perkuliahan dan hasilnya jadi kurang maksimal.
padahal kemampuan seperti ini harus dilakukan dengan intens,
sama seperti kita menulis indah,
semakin kita terus berlatih untuk menulis indah - feelling kita untuk mempercantik tulisan pasti akan timbul dengan sendirinya sehingga sedikit demi sedikit kita bisa mengeveluasi kesalahan kita sendiri, kita bisa memperbaiki kekurangan kita.
pelan tapi pasti hasil tulisan kita akan jadi lebih baik dari waktu ke waktu,
sama seperti itulah cara kita belajar berkomunikasi dengan orang lain,
harus dilakukan dengan intens,

bila kita berpikir saat ini masih tidak perlu dan menurut anda lebih baik saya lulus dulu dengan nilai IPK bagus dan menyenangkan orang tua

PIKIRKAN sekali lagi,

mungkin pada saat hari itu datang orang tua anda akan senang,
tapi setelah itu mungkin anda yang akan menangis darah & berpeluh nanah karena harus belajar "cara hidup" yang tepat di lingkungan kerja anda :)
BE WISE
Back to top